Belajar Mendengar dengan Lebih Baik Lewat BKdP

PUSKAPA
4 min readAug 1, 2022

Tulisan Rayfienta K. Gumay untuk PUSKAPA

Di akhir tahun 2021, saya terduduk di depan layar komputer sambil bergumam pada diri sendiri. Hanya hitungan minggu menuju semester akhir perkuliahan. Dalam beberapa bulan, saya akan segera melewati sidang skripsi, wisuda, dan melepas status sebagai mahasiswa program Sarjana. Ada perasaan siap dan tidak siap ketika menghadapi semester akhir dan memandang lebih jauh ke kehidupan pasca lulus dari perguruan tinggi. Siap karena saya ingin segera berkontribusi pada masyarakat. Tidak siap karena saya ragu bahwa pengetahuan dan skill set yang saya miliki sekarang belum cukup untuk membawa kontribusi yang benar-benar bermanfaat nantinya.

Saya mendaftar program Belajar Kerja di PUSKAPA (BKdP) dengan keinginan untuk memperoleh pengalaman di tempat yang berbeda dari biasanya. Empat tahun kuliah, saya lebih banyak belajar mengenai advokasi dan isu-isu sosial melalui organisasi mahasiswa. Pengalaman tersebut sejujurnya memberikan informasi yang baik, tetapi di satu sisi masih cenderung sempit. Secara pribadi, saya lebih sering bekerja dengan sesama mahasiswa dan hanya sesekali dengan pihak lain dari luar organisasi. Saya ingin memperkenalkan diri saya pada lingkungan yang berbeda.

BKdP dimulai di awal bulan Februari, bertepatan dengan dimulainya semester 8. Awalnya, saya tidak tahu mengapa program ini disebut Belajar Kerja dan bukannya magang atau internship seperti yang biasa saya dengar diadakan oleh lembaga lain. Untungnya, pertanyaan tersebut maupun pertanyaan lain yang terlintas di benak saya banyak terjawab sejak pembukaan dan orientasi BKdP. Saya mendapat kesan positif bahwa program ini telah dirancang sedemikian rupa untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar dan berpartisipasi dalam kerja-kerja PUSKAPA, sesuai dengan prinsip pelibatan aktif kaum muda yang selama ini dipegang oleh PUSKAPA.

Tetapi, apalah arti kata-kata jika tanpa pembuktian? Ada waktu tiga bulan bagi saya untuk melihat langsung seperti apa PUSKAPA menjunjung nilai-nilai dalam tiap proses kerjanya. Selama BKdP, saya berkesempatan berkenalan dengan kakak-kakak dari berbagai Pilar yang memiliki spesialisasi bidang yang beragam. Proses yang singkat namun panjang tersebut cukup menginspirasi dan membuat saya mempelajari ulang tentang beberapa hal.

Pertama, berkaitan dengan advokasi, sebelum bergabung dengan BKdP, saya pernah beberapa kali mendengar materi dan terlibat langsung dalam beberapa proses advokasi sebagai mahasiswa. Namun, saya banyak mengira bahwa titik berat advokasi adalah seni untuk bersuara. Seiring perjalanan belajar di PUSKAPA, saya menyadari bahwa selama ini saya luput dari pemahaman bahwa advokasi juga merupakan seni untuk mendengar.

Rekan-rekan PUSKAPA banyak mengingatkan bahwa di sekitar kita terdapat orang memiliki niat baik untuk membawa perubahan. Hanya saja, tidak setiap niatan baik itu bisa menjadi tindakan yang baik. Mendengar menjadi salah satu kunci untuk memastikan bahwa kita tidak jauh dari realita dan kebutuhan. Tidak perlu terlalu melihat ke kinerja PUSKAPA dalam berbagai isu, saya dapat melihat bahwa PUSKAPA serius memegang prinsip ini lewat bagaimana pengelola BKdP selalu mencoba menginventarisasi ekspektasi dan kebutuhan dari peserta.

Kedua, yang menarik, saya menemukan juga bahwa mendengar bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi ada tindakan lain yang melengkapinya, yaitu mendorong. Mendorong dalam hal ini tidak selalu berarti memaksa. Saya menemukan bahwa mendorong lebih berarti bahwa kita menganjurkan dilakukannya sesuatu. Seperti misalnya, sebagai peserta, kita dianjurkan untuk mengomunikasikan kondisi dan pendapat secara terbuka terhadap siapapun yang kita percaya di lingkungan PUSKAPA. Dorongan inilah yang kemudian dapat mencetus tindakan-tindakan yang lebih besar.

Ketiga, selayaknya mendengar, saya memahami bahwa mendorong juga perlu diiringi dengan membuka, yang mengarah pada penyediaan kesempatan untuk melakukan sesuatu. Contohnya, ketika pengelola BKdP menganjurkan agar peserta mau berpendapat dan memberikan evaluasi, terdapat infrastruktur yang dibentuk untuk memfasilitasinya, yaitu melalui adanya debriefing rotasi, form evaluasi, dan sebagainya. Dalam kinerja PUSKAPA, hal-hal ini juga tercermin lewat bagaimana riset, program, advokasi juga berjalan beriringan, saling mendukung satu sama lain. Saya melihat bahwa mendengar, mendorong, dan membuka tetap ada dari hulu dan hilir kerja-kerja PUSKAPA di isu yang beragam.

Proses belajar dari BKdP pun tidak hanya melibatkan mempelajari hal-hal baru (learn), tetapi juga mempelajari ulang (relearn) dan meninggalkan pemahaman-pemahaman lama yang sudah tidak relevan (unlearn).

Untuk memastikan bahwa tiap langkah dilakukan dengan terstruktur dan hati-hati, di BKdP, capacity building yang cukup rutin diberikan banyak membantu peserta untuk lebih berani mandiri seiring berjalannya program. Beberapa kemampuan, seperti project management, metode penelitian, komunikasi efektif, advokasi, memang kadang melibatkan hal-hal yang teknis, tetapi pada dasarnya semua akan berangkat dari ketiga hal tadi yang disertai kemahiran dalam berpikir, bertindak, maupun merasa.

Sejujurnya, saya berharap dapat berkenalan dengan lebih banyak lagi staf-staf PUSKAPA. Kondisi kerja yang remote terkadang lebih memungkinkan kita untuk bersinggungan dengan sosok-sosok tertentu saja sesuai kebutuhan kerja. Meskipun saya berharap dapat lebih banyak berkunjung dan hadir secara langsung, pengalaman bekerja secara remote pun sebetulnya tidak terlalu mengurangi kesan yang saya peroleh. Dengan senang hati, tentu saya mau menganjurkan teman-teman mahasiswa lain untuk menyelami pengalaman belajar kerja yang serupa di BKdP selanjutnya.

Selepas ‘lulus’ dari BKdP, saya tertarik dan berencana untuk bisa mempelajari lebih lanjut mengenai penelitian. Selain karena berangkat dari keyakinan bahwa penelitian adalah basis penting untuk memberikan kontribusi yang tepat sasaran, dari pengalaman berproses di BKdP maupun perkuliahan, saya memahami adanya satu esensi dari meneliti sebagai bagian dari belajar. Bagi saya, kuliah ataupun meneliti, merupakan kesempatan baik untuk menjaga diri agar lebih sering merunduk. Merunduk karena kita sadar bahwa banyak hal yang belum kita pahami, dan oleh karenanya perlu untuk terus kita cari dan pelajari. Saya berharap, pelajaran-pelajaran ini akan dapat terus saya bawa hingga kemudian hari.

--

--

PUSKAPA

We work with policymakers and civil society on inclusive solutions that create equal opportunities for all children and vulnerable populations.