Memaknai Arti Kolaborasi bersama PUSKAPA

PUSKAPA
4 min readAug 1, 2022

Tulisan Aisyah Assyifa untuk PUSKAPA

Ketika mendengar tentang “isu perlindungan anak” hal yang terpikirkan oleh saya adalah upaya melindungi anak dari bahaya kekerasan baik fisik maupun psikis dan menjaga ruang tumbuh kembang anak agar dapat berjalan secara optimal. Dalam kehidupan sehari-hari, saya menyadari bahwa anak-anak terlahir di situasi kehidupan dan lingkungan hidup yang berbeda-beda untuknya bertumbuh kembang. Saya percaya bahwa terlepas dari berbagai situasi yang dihadapi anak, setiap anak memiliki kesempatan untuk memperoleh kualitas hidup yang baik di kemudian hari. Cepat atau lambat.

Lantas, bagaimana kita dapat memastikan anak dapat mendapatkan kesempatan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya diberi kesempatan untuk mengikuti program Belajar Kerja di PUSKAPA (BKdP) angkatan IV.

Seperti namanya, melalui program ini saya banyak belajar tentang kerja-kerja PUSKAPA baik secara substansi isu yang ditekuni, juga tentang dunia kerja. Sejak awal orientasi BKdP IV, peserta BKdP IV dikenalkan dengan pilar-pilar yang ada di PUSKAPA yang diantaranya berfokus di bidang perlindungan dan inklusi sosial, identitas hukum dan sistem pencatatan sipil dan statistik hayati, akses terhadap keadilan, dan Trifecta yang berfokus pada monitoring dan evaluasi, knowledge management, dan komunikasi.

Dari perkenalan tersebut saya menyadari bahwa dimensi perlindungan anak sangat luas dan membutuhkan kolaborasi untuk mewujudkan perlindungan yang tidak hanya hanya melindungi anak dari segala bentuk kekerasan, melainkan juga membangun sebuah sistem kesejahteraan anak yang menjamin pemenuhan hak anak di kemudian hari.

Desain alur program BKdP memberi kesan pertama bahwa perjalanan selama 4 bulan ini akan menarik. Tentu tidak terlepas dari perasaan gugup ketika akan bersinggungan dengan isu yang sangat jarang ditemui sebelumnya. Seperti ketika bertemu dengan isu pencatatan sipil dan statistik hayati, ketika mendengar kata ‘pencatatan sipil’, satu hal yang dapat saya bayangkan adalah pencatatan sipil itu penting sebagai salah satu cara warga negara untuk dapat mengakses hak-haknya. Namun, ternyata saya baru menyadari bahwa dalam upaya memastikan akses pencatatan sipil dan pemenuhan hak-hak warga negara, terdapat banyak hal yang harus diperhatikan. Seperti misalnya dalam pencatatan kelahiran, perlu adanya aturan yang jelas terkait informan yang dapat melaporkan kelahiran, lokasi pencatatan, prosedur perubahan data yang telah dicatatkan, dan lain-lain. Termasuk juga kondisi tertentu terkait kelahiran yang penting untuk dicatatkan seperti lahir mati. Saya juga belajar untuk mengolah data administrasi kependudukan terkait kelahiran dan kematian, dan melihat bagaimana selama ini kelahiran dan kematian dicatatkan di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini penting untuk diperhatikan guna memastikan seluruh warga negara memperoleh akses pencatatan sipil yang baik agar dapat memperoleh hak-haknya. Dari hal tersebut saya merasa bahwa semakin banyak hal baru yang saya pelajari di PUSKAPA, maka proses pembelajaran saya menjadi semakin menarik. Pada akhirnya, saya menyadari bahwa perasaan gugup yang saya rasakan justru merupakan sinyal bahwa saya sedang ‘belajar’. Proses pembelajaran saya di PUSKAPA terasa sangat bertahap. Terlepas familiar atau tidak suatu isu yang saya temui, keberadaan mentor dan lingkungan kerja di PUSKAPA membuat isu yang baru dapat dipahami dengan mudah dan terstruktur.

Saya sempat bertanya-tanya terkait bagaimana dari perbedaan fokus pilar-pilar di PUSKAPA kemudian dapat dikolaborasikan menjadi suatu rangkaian advokasi perlindungan anak? Pada akhirnya pertanyaan yang muncul dari penugasan pertama yang diberikan, terjawab pada penugasan terakhir yang saya kerjakan di PUSKAPA. Bahwa untuk melihat bentuk kolaborasi tersebut membutuhkan waktu dan perhatian pada setiap detail-detail kerja PUSKAPA untuk kemudian dapat merangkai puzzle dari luasnya dimensi isu perlindungan anak. Kolaborasi tersebut tidak terbatas pada internal PUSKAPA, melainkan juga melibatkan pihak-pihak terkait seperti masyarakat dan Kementerian/Lembaga yang dilibatkan untuk menyampaikan pandangan dan kebutuhannya akan suatu isu perlindungan anak dalam suatu rangkaian penelitian. Kolaborasi dengan pihak eksternal tersebut juga merupakan salah satu pengalaman yang paling menarik dari program BKdP IV.

Kesempatan untuk mendengar langsung pengalaman dan pandangan yang datang dari pemerintah dan berbagai kelompok masyarakat membuat saya merasa sedang menerima informasi berharga yang tidak akan saya dapatkan dengan hanya membaca buku atau artikel jurnal.

Saya kemudian merefleksikan bahwa berkolaborasi juga berarti mendengarkan. Dalam hal proses advokasi, mendengarkan berarti kita harus dapat mendengar lebih banyak suara dari pihak-pihak terkait seperti masyarakat, pemerintah, lembaga, dan pihak lainnya untuk kemudian direfleksikan agar dapat menghasilkan rekomendasi perbaikan yang bisa menjadi solusi yang tepat sasaran dari permasalahan sosial. Keterwakilan berbagai kelompok masyarakat untuk menyampaikan kebutuhannya juga tidak kalah penting untuk dipastikan, agar solusi yang dihasilkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat secara luas.

Belajar untuk mendengarkan dan merefleksikan suatu hal merupakan proses yang tidak terpisahkan dari suatu kegiatan penelitian atau advokasi. Karena bagi saya mendengarkan saja belum cukup apabila tidak direfleksikan untuk dapat menemukan rekomendasi perubahan yang lebih baik. Proses refleksi juga hal yang paling saya sukai di PUSKAPA, seperti yang dilakukan setiap bulan di akhir rotasi pilar peserta BKdP bersama dengan pengelola dan mentor. Kegiatan tersebut membantu saya untuk melihat kembali hal-hal menarik yang saya kerjakan dan pelajari di PUSKAPA, serta menemukan ruang perbaikan untuk kedepannya. Sehingga melalui kegiatan tersebut, peserta BKdP selalu memiliki ruang untuk berkembang selama menjalani program BKdP.

Perjalanan dan pelajaran berharga saya di PUSKAPA tentu tidak terlepas dari lingkungan PUSKAPA yang suportif dan sangat mendukung untuk terus mempelajari hal baru. Selama belajar kerja di PUSKAPA, saya melihat bahwa seluruh pertemuan dengan setiap orang di PUSKAPA membawa pelajaran dan perspektif baru untuk bersama-sama berkolaborasi dalam membangun upaya perlindungan anak dan juga memberi manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga saya dapatkan dengan sesama peserta program BKdP angkatan IV yang berasal dari jurusan kuliah yang berbeda-beda namun pada akhirnya dapat saling berkolaborasi, salah satunya melalui kegiatan penulisan tulisan akhir untuk program BKdP. Tidak terasa empat bulan sudah dilalui, namun ilmu dan pengalaman berharga yang didapatkan selama program BKdP tidak akan berakhir di sini, melainkan akan terus diterapkan dan dikembangkan kedepannya.

--

--

PUSKAPA

We work with policymakers and civil society on inclusive solutions that create equal opportunities for all children and vulnerable populations.