Menyelami Kompleksnya Masalah Anak bersama PUSKAPA

PUSKAPA
4 min readAug 1, 2022

Tulisan Hario Danang Pambudhi untuk PUSKAPA

Pertama kali saya mengetahui Pusat Kajian dan Advokasi Perlindungan dan Kualitas Hidup Anak Universitas Indonesia (PUSKAPA), saya sedang mengikuti salah satu kegiatan yang membahas pemenuhan hak anak dalam sistem peradilan pidana dari salah satu organisasi masyarakat sipil. Saya masih teringat ketika pemateri dari PUSKAPA selalu meminta peserta untuk aktif berpartisipasi dalam diskusi.

“Jangan takut berpendapat, karena tidak ada yang benar atau salah dalam isu yang abu-abu ini.”

Sampai pematerian berakhir, saya masih belum menangkap mengapa pemateri dari PUSKAPA mengatakan isu hak anak dalam sistem peradilan dikatakan abu-abu? Bukannya anak telah diberikan posisi spesial oleh hukum? Bukankah keberpihakan negara pada posisi anak sudah jelas? Jika memang ada kekurangan, bukannya isu ini tidak akan menimbulkan perdebatan yang berkepanjangan?

Berbekal dari situ, saya mulai mencari informasi mengenai PUSKAPA. Sampai akhirnya, saya melihat pengumuman pembukaan program magang Belajar Kerja di PUSKAPA (BKdP). Tanpa berpikir panjang, saya langsung menyiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan untuk mendaftarkan diri.

Hal yang Saya Pelajari di PUSKAPA

Baik dan hangat, itu merupakan kesan pertama saya terhadap staf PUSKAPA saat wawancara. Seleksi wawancara kerja, yang menurut pengalaman teman-teman saya sangat menegangkan, justru menjadi tempat diskusi yang seru dan menarik. Beberapa waktu setelah proses wawancara, saya mendapat pengumuman diterima dalam program Belajar Kerja di PUSKAPA Angkatan IV dan diminta bersiap mengikuti kegiatan orientasi.

Dalam kegiatan orientasi, saya dijelaskan soal kompleksnya isu perlindungan anak. Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa PUSKAPA fokus pada isu perlindungan anak, yaitu masih adanya pemahaman yang keliru dari pengambil kebijakan tentang isu perlindungan anak, kurangnya basis bukti dalam kebijakan perlindungan anak, kebijakan yang ada masih bersifat reaktif dibanding strategis, dan program yang tidak mencerminkan kebutuhan anak secara berkelanjutan.

Alasan tersebut membuat PUSKAPA memiliki tujuan besar untuk menciptakan perubahan besar bagi kondisi kehidupan anak dan kelompok rentan di Indonesia dengan mendorong pembentukan kebijakan berbasis bukti. Hal tersebut kemudian diejawantahkan melalui pilar-pilar yang menopang kerja-kerja PUSKAPA, meliputi pilar social inclusion and protection, pilar legal identity and civil registration and vital statistic, pilar access to justice, dan tim khusus bernama trifecta.

Selama program, Peserta dibagi untuk mengisi pilar-pilar tersebut secara bergantian dalam jangka waktu tertentu. Dengan ditemani mentor yang berkualitas dan suportif, peserta diminta menyelami pekerjaan dan dinamika pilar dalam memperjuangkan visi besar PUSKAPA terhadap kondisi pemenuhan hak anak dan kelompok rentan di Indonesia.

Satu hal yang paling saya senangi di PUSKAPA adalah tiap pilar memiliki ciri khas masing-masing. Hal tersebut membuat waktu pembelajaran seakan tidak terasa, bahkan terkesan kurang.

Selama menyelami kerja-kerja pilar, peserta diberikan penugasan oleh mentor yang biasanya berkaitan dengan proyek yang sedang dikerjakan oleh pilar yang bersangkutan. Saya amat senang dengan metode penugasan tersebut, karena membuat saya merasa dituntut dan diperlakukan layaknya seorang profesional.

Pembelajaran soal riset dan analisis isu merupakan materi pembelajaran yang saya sukai di PUSKAPA. Dengan terlibat dalam pekerjaan riset dan analisis, saya dapat melihat secara langsung bagaimana orang-orang di PUSKAPA memiliki dedikasi serta standar yang tinggi pada pekerjaannya. Selain itu, melihat staf PUSKAPA melakukan advokasi kebijakan secara langsung merupakan kesempatan berharga yang ada di BKdP. Dari situ, saya melihat secara langsung bagaimana dinamika dunia advokasi bekerja, dari mulai berjejaring dengan mitra, melakukan advokasi, hingga memberikan pendampingan teknis. Dua hal tersebut membuat saya selalu bersemangat ketika menerima masukan-masukan dari staf PUSKAPA karena sangat berguna bagi peningkatan kemampuan saya.

PUSKAPA juga menyiapkan sesi khusus pengembangan skill yang bermanfaat bagi peserta, misalnya tentang komunikasi efektif, tinjauan literatur sistematis, analisis peraturan, hingga sikap anti-korupsi. Kegiatan-kegiatan tersebut membuat konteks pembelajaran dalam program belajar kerja di PUSKAPA sangat menyenangkan.

Terakhir, sebelum menyelesaikan kegiatan belajar kerja, peserta juga diberikan proyek akhir berupa presentasi. Saya melihat proyek tersebut sebagai bentuk aktualisasi terhadap apa yang dipelajari selama mengikuti program belajar kerja, peserta diminta membuat tulisan akhir, bekerja sama mengelola program, berkoordinasi dengan pihak terkait, serta mempresentasikan hasil tulisannya.

Hal yang Membuat Saya Nyaman di PUSKAPA

Selain kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan bermanfaat, salah satu hal yang paling saya kagumi dari PUSKAPA adalah lingkungannya. Lingkungan yang terbuka dengan perbedaan pendapat, lingkungan yang saling mengerti antara satu sama lain, juga lingkungan yang sangat apresiatif terhadap pekerjaan yang dilakukannya.

PUSKAPA juga merupakan tempat yang sangat terbuka dengan masukan dan kritik. Keterbukaan itu tidak hanya sekedar mendengarkan, tetapi juga menindaklanjuti masukan dan kritik tersebut secara demokratis, sungguh-sungguh, dan elegan.

Staf di PUSKAPA juga sangat terbuka dan menghargai pendapat orang lain. Kondisi itu membuat saya selalu suka untuk berdiskusi dengan orang-orang dari PUSKAPA, tidak hanya soal pekerjaan, bahkan soal hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan. Hal tersebut yang membuat saya yakin bahwa PUSKAPA merupakan tempat tumbuh dan berkembang yang baik bagi orang-orang di dalamnya.

Refleksi Akhir untuk Program BKdP

Saya amat beruntung bisa belajar menjajaki pekerjaan dan dinamika di PUSKAPA. Mengenal orang-orang hebat dalam lingkungan dinamis dan suportif, kegiatan yang berkualitas, hingga pekerjaan yang menantang. Selama 4 bulan di PUSKAPA, saya merasa didorong untuk menjadi manusia yang lebih baik dari sebelumnya, secara pikiran, tindakan, dan perasaan.

Dinamika selama beberapa waktu ke belakang juga membawa saya pada jawaban soal mengapa isu anak masih abu-abu.

Bagi saya, isu perlindungan anak dan kelompok rentan bukan sekedar isu birokrat yang memiliki satu pemahaman. Tetapi isu politis yang mencakup kepentingan banyak pihak. Masih panjang jalan yang harus ditapaki untuk mendorong keadaan ideal pada kondisi perlindungan anak dan kelompok rentan di Indonesia.

Terima kasih atas kesempatannya yang luar biasa, PUSKAPA. Semoga dapat berjumpa lagi di masa yang akan datang!

--

--

PUSKAPA

We work with policymakers and civil society on inclusive solutions that create equal opportunities for all children and vulnerable populations.